Sejarah Tempat Wisata Kura-kura Belawa (Cikuya)
Sejarah terbentuknya tempat wisata Kura-Kura Belawa atau Cikuya. pada zaman dahulu kala ada seorang pemuda yang bernama Jaka Saliwah, yang merupakan terminology bahasa, “jaka” artinya “pemuda” sedangkan “saliwah” artinya ada “kelainan fisik”. Mengapa di sebut kelainan fisik? Karena Jaka Saliwah mememiliki muka yang hitam sebelah dan putih sebelah, walaupun Jaka Saliwah memiliki kelainan fisik akan tetapi Jaka Saliwah tergolong pemuda yang cerdas di kalangan teman-temannya hal ini, terlihat sejak Jaka Saliwah masih kanak-kanak. Ia dididik dalam lingkungan ilmu agama dan giat bekerja.
Karena memiliki muka yang berbeda dari manusia biasanya Jaka Saliwah ini menjadi pemurung. Orang tuanya merasa khawatir karena Jaka Saliwah menjadi pemurung, akhirnya orang tua Jaka Saliwah mencarikan orang sakti untuk berobat namun tidak kunjung sembuh. Suatu waktu orang tua Jaka Saliwah mendengar bahwa di sebuah desa yang bernama desa Cidayeuh terdapat Syekh yang memiliki banyak santri yang disebut Syekh Buyut Putih.
Beliau berusaha memperkenalkan Islam kepada masyarakat Cidayeuh. Berbekal keteguhan dan nasehat, kedua orang tua Jaka Saliwah menemui Syaikh Datuk Putih di Desa Belawa. Mereka pun akhirnya bertemu dan menceritakan upaya yang sudah dilakukan untuk menyembuhkan wajah Jaka Saliwah. Namun, belum memperoleh hasil. Kemudian Syaikh Datuk Putih memberikan nasehat kepada Jaka Saliwah untuk tetap ikhlas, sabar, berdoa, dan membaca Al Qur'an, serta mengerjakan shalat qiyamul lail, rajin berpuasa, berdzikir siang malam di atas pelataran batu dekat sumur kecil pinggir kolam.
Berhari-hari, berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan. Namun, Jaka Saliwah setiap menatap wajahnya di permukaan air sumur belum juga mendapatkan hasil. Jaka Saliwah putus asa dan kecewa. Jaka Saliwah pun khilaf. Lembaran-lembaran Al Qur'an dilempar ke dalam kolam yang airnya jernih. Sejenak ia berdiri, Jaka Saliwah merasa heran bahwa tidak ada satupun lembaran-lembaran Al Qur'an yang dilemparnya ke dalam kolam. Hanya hewan-hewan kecil berenang di kolam. Ia mengira hewan-hewan kecil itu berasal dari lembaran-lembaran Al Qur'an yang dilemparnya ke dalam kolam. Kemudian, Jaka Saliwah memberi nama hewan-hewan kecil itu dengan sebutan ‘tukik’ atau kura-kura kecil. Setelah menatap hewan-hewan kecil itu, Jaka Saliwah memandang wajahnya di air kolam. Tersentak wajah Jaka Saliwah sudah tidak dua warna, putih dan gelap. Kini wajahnya sudah sembuh dan tempat itu kemudian diberi nama Cikuya yang di ambil dari kata “kuya” yang berarti kura-kura, yang pada saaat ini berada di Desa Belawa.
0 Komentar