Lokasi wisata ini berjarak kira-kira 12 km dari kota Cirebon ke arah timur menuju Sindanglaut. Obyek wisata ini memiliki daya tarik dari kura-kura yang mempunyai ciri khusus di punggung yang cekung dengan nama latin " Aquatic Tortose Ortilia norneensis." Menyimpan legenda menarik tentang keberadaannya di desa belawa kecamatan Lemahabang. Menurut penelitian merupakan spesies kura-kura yang langka dan patut di lindungi keberadaannya. Selain dari itu di obyek wisata cikuya terdapat Sumur Pamuruyan di dalam basa sunda Buhun muruy berarti melihat bayangan diri terutama wajah basa sunda ngeunteung (ngaca) .Pamuruyan berarti tempat muruy, melihat muka disamping keperluan cuci muka (sibeungeut) dsb. Setelah datang agama islam dipergunakan untuk mengambil air Wudlu dimana airnya dipercaya dapat mempermudah mendapatkan jodoh atau keperluan lainnya (benar tidaknya Wallahu alam bisawab) Batu Yang Tak Boleh Diinjak Sebenarnya bukan batu yang keras tapi cadas yang bisa aus dimakan waktu. Mungkin dahulunya datar dan agak lebar dipakai untuk sholat ma’mum . Umumnya orang awam menggangap batu itu angker , siapa yang menginjak akan sakit , akan mendapat celaka dsb. Pada waktu sholat para alim ulama mengatakan bahwa dalam Takbiratul Ikhram Allah Akbar jiwa kita kita harus Mi’raz menghadap Illlahi sesuai dengan perintah Allah Subhanahu Wataala sholat Lima waktu . Diriwayatkan ketika Mi’raz dari masjidil Aqsa naik kelangit dihalamannya sada batu, batu itu merupakan landasan tangga dari langit yang disebut Suullam Jannah. Setelah Mi’raz Nabi Muhammad SAW batu tidak pernah (tidak Boleh) diinjak oleh manusia. Jadi batu cadas di Cikuya mengingatkan kita pada batu yang ada di mesjid Aqsa di Palestina. Letak batu di Cikuya itu ada di sebelah selatan sumur pamuruyan dengan arah menghadap kiblat.Pada jaman Orde Baru Kepala Desa Suara (Alm) batu itu dikubur (letak yang sekarang ) dan pada waktu kepakla desa Pak Djuhud tanah yang menutupi digali sehingga dapat dilihat. Batu yang dekat dengan pohon Kilalayu. Menurut legenda makam ” Nini Burintik” seorang nenek yang mengasuh Nyi Rambut Kasih . Cerita-cerita orang tua berbeda-beda ada yang mengatakan nyi rambut Kasih itu putri pajajaran, ada yang mengatakan putri Raja Japura ada pula yang mengatakan putri penguasa Cipeujeuh tentang kebenarannya ” Wallahu alam bisawab” Obyek wisata ini di rencanakan untuk di kembangkan menjadi kawasan yang lebih lengkap Taman kura-kura ( Turle park ) atau taman reptilia. Sektor swasta dapat bekerjasama dengan pemerintah kabupaten untuk pengelolaan taman kura-kura tersebut.
Penangkaran Kura-kura Belawa Biasa disebut dengan Kura-Kura Belawa, dengan nama latin Aquatic Tortose Ortilia Norneensis. Kura-kura Belawa yang bertempurung khas (Tortose Ortilia Norneensih) merupakan Hewan langka di Cirebon yang hanya ada di Desa Belawa. Dalam upaya pelestarian kura-kura Belawa masyarakat Belawa yang peduli pada keberlangsungan dan pelestarian kura Belawa telah membentuk Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) dan dipasilitasi Dinas Perikanan dan kelautan Propinsi Jawa Barat dan Kabupaten Cirebon serta Paguyuban Masyarakat Belawa yang berdomisili di luar Wilayah Belawa. Kegiatan penangkaran kura-kura mutlak harus segera dilakukan mengingat kondisi populasi kura-kura dewasa dan produktif sudah sangat berkurang dari tahun ke tahun dikarenakan sarana dan sanitasi yang kurang menunjang bagi keberlangsungan hidup kura-kura Belawa. Pada awal Oktober 2009 Pokmaswas telah melaksanakan upaya penangkaran kura-kura Belawa secara alamiah dengan cara menyiapkan media untuk penetasan yang berupa pasir dalam bak yang steril dan dilakukan penyinaran dengan menggunakan lampu pijar agar suhu tidak berubah . Jumlah telur yang berhasil dikumpulkan di media sampai saat ini berjumlah 200 telur dan akan terus bertambah selama musim bertelur (awal musim penghujan). Telur tersebut terkumpul dari kolam kura-kura dewasa di obyek wisata cikuya belawa. Setelah berkisar 90 hari ( tiga bulan) telur dalam media penetasan telur akan menetas dan tukik kura-kura dipindahkan ke bak penampungan sementara, tukik kura-kura saat ini sudah mencapai angka 100 dan akan bertambah dari waktu ke waktu mengingat masih adanya telur yang belum menetas. setelah 1 minggu baru dipindahkan ke bak penampungan yang telah disediakan .Adapun dokumentasi kegiatan penangkaran terlampir. Kegiatan penangkaran secara alamiah ini cukup berhasil, telur yang ada dalam media penangkaran menetas walaupun ada juga yang gagal untuk ditetaskan (sekitar 80 %berhasil ditetaskan) . Hal ini akan menjadi bahan evaluasi kami dari Pokmaswas agar lebih bekerja giat kembali. Kendala utama yang kami hadapi adalah sarana dan fasilitas penangkaran terutama belum adanya bangunan khusus tempat penetasan, selama ini masih menggunakan ruangan pos penjagaan di pintu masuk obyek wisata cikuya. Hal tersebut terpaksa kami lakukan karena tidak ada tempat lain yang layak untuk dijadikan tempat penangkaran untuk penetasan . Kami mengharafkan pada berbagai pihak baik dari dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan olah raga (Disbudparpora) dan dinas perikanan dan kelautan atau pihak lain untuk dapat membantu memfasilitasi tempat penangkaran tersebut .Keberadaan kura-kura belawa merupakan aset bangsa dan harus dijaga keberadaanya dari kepunahan dan sudah selakyaknya untuk lebih diperhatikan sehingga menjadikan obyek wisata cikuya dengan satwa langkanya akan menjadi pilihan wisata di wilayah kabupaten Cirebon. Dalam kegiatan sehari-hari kegiatan pemeliharan dan perawatan di lokasi Obyek wisata Cikuya dilakukan oleh Bpk. Kusna dkk. yang dengan sukarela membantu memelihara sarana prasarana dan memberi pakan bagi kura-kura belawa.

0 Komentar